sumber: http://en.wikipedia.org
Virus dapat tetap besifat infektius berada di tanah yang terkomtaminasi fases (kotorannya) selama 5 (lima) bulan pada kondisi tertentu. Detergen dan desinfektan (lisol dan karbol) umumnya tak mampu untuk menginaktivasi parvovirus. Parvovirus CPV-2 akan inaktif dengan pemberian formalin 1% atau Sodium hypochlorite/ Natrium Hipoklorit (NaOCl) 2%.
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian
vaksinasi cpv secara rutin dan teratur
kepada anjing sehingga dapat memberikan proteksi maksimal.
Gejala terinfeksi canine parvovirus type 2 pada anak anjing adalah diare cair atau diare
berdarah , muntah berulang dan anoreksia. Pada anjing muda berusia umumnya
dibawah 4 minggu parvo akan menyerang jantung sedangkan pada anjing dewasa diatas
6 bulan akan menyerang saluran pencernaan. Gejala klinis yang terlihat lainnya demam , lemah, mengalami
dehidrsi dan penurunana berat badan. Pada anak anjing akan kondisi yang terus
melemah dan nafsu makan kan juga turut menurun. Gejala lainnya tidak mau
beraktivitas dan tidak responsive terhadap lingkungan. Pada anjing berusia
diatas 24 bulan gejala klinis hampir tidak ditemukan, tapi justru berujung pada
kematian. Setelah 24 jam akan dikuti oleh keluarnya cairan berdarah dari saat
muntah dan buang air besar cair berdarah yang sebagai pertanda masa kritis. Masa kritis ini akan berlangsung
selama 3 hari terhitung buang air besar pertama yang berdarah. Beberapanya tak dapat melewati masa 24 jam
pertama ini. Pada waktu 24-48 jam adalah fase penyesuaian tubuh terhadap
virus, dan tubuh mulai menyusun
antibody. Muntah darah dan buang air besar darah intensitasnya mulai
berkurang Pada waktu 48-72 jam tubuh
mulai memproduksi antibodi setelah tubuh bereaksi pada fase sebelumnya. Fase ini dikenal
sebagai fase anti klimaks atau fase penyembuhan. Namun jika tubuh gagal
melakukan penyesuian untuk membentuk antibody maka justru berujung kematian. Setelah melewati masa 72 jam ini maka akan
terjadi pemulihan kesehatan.
Pananganan oleh dokter hewan ummnya adalah
pemberian cairan atau infus dan penyuntikan obat pencegah muntah dan suntikan
antibiotik pencegahan infeksi sekunder.
Selain pemberian infus juga dapat dilakukan pemberian darah dari donor dari
anjing yang sehat yang untuk membantu pembentukan antibodi. Pendonor harus memiliki darah super vaksin
artinya sudah mendapatkan vaksin secara rutin dan teratur selama hidupnya.
Semakin banyak tahapan vaksinasi yang telah dilakukan maka darah pedonor akan semakin baik.